Butiran Debu
Bebaskan dirimu…
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya
dan terbang ke alam bebas lagi..
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya
dan terbang ke alam bebas lagi..
***
Ify mempercepat langkah nya,sambil sesekali menengok ke belakang dengan tergesa. Pemuda bernama Rio itu masih terus saja berusaha mengejar nya. Memanggil namanya,membuat mereka seketika menjadi sorot perhatian setiap orang yang ada di koridor jajaran kelas 11 dan 12. Tak peduli dengan tatapan heran semua orang terhadapnya,Ify masih saja tak ingin menghentikan langkah nya walau sebentar. Sambil mencengkram kuat tali tas selempangnya,Ify berusaha mengatur nafas untuk menenangkan hati nya.
“Ify!”teriak Rio. Sekejap Ify menoleh tanpa berhenti melangkah menjauhi Rio yang ada di belakangnya. Rio berdecak kesal karena Ify menghiraukan nya. Akhir nya dia berlari kea rah Ify yang sudah hampir sampai ke parkiran sekolah.
“gue bilang berhenti Fy!”teriak Rio. Lagi-lagi Ify mengacuhkan nya. Tapi tiba-tiba langkah nya terhenti, satu tangan kokoh telah berhasil mencengram pergelangan tangan nya. Mau tak mau,Ify berbalik dan kembali harus bertatapan dengan Rio. Pemuda yang –menurut Ify- selalu memberikan sorotan ketajaman saat mata mereka bertemu.
“lepasin! Gue mau pulang!”Ify berusaha menepis cekalan Rio. Tentu saja tak semudah yang ia bayangkan,karena Rio benar-benar menguncinya. Tanpa memperdulikan gadis di depan nya yang mengaduh karena kesakitan akibat cekalan nya yang terlalu kuat.
“lo tuh selalu kasar sama cewek! Gue bilang lepasin! Tangan gue sakit Mario! Apa lo gak bisa lembut sama cewek?!”bentak Ify tajam. Mendengar itu,Rio sedikit melonggarkan cekalan nya. Sekali lagi,hanya sedikit!
“kenapa lo selalu menghindar dari gue Fy?”tanya Rio. Ify mendengus sebal,memalingkan wajah nya.
“seharusnya gue yang nanya,kenapa lo masih terus aja ngejar-ngejar gue?”tanya Ify cukup keras. Rio melepaskan cekalan nya dan memegang kedua bahu Ify. sorot matanya yang tajam kini melembut dan sukses membuat Ify diam,membalas tatapan matanya.
“apa gak ada kesempatan buat gue,Fy?”pinta Rio. Ify kembali memalingkan wajahnya. Pertahanan nya akan roboh kalau terus-menerus menatap sepasang mata milik Rio,apalagi nada bicara Rio kini terdengar memelas. Ify mendengus pelan.
“lepasin,gue mau pulang.”Ify melepaskan kedua tangan Rio yang masih menempel di bahunya. Dia berbalik dan siap untuk berjalan menuju gerbang dimana sang kakak telah menunggunya.
“Fy!”tahan Rio –lagi- . Ify menutup matanya sekejap,lalu kembali berbalik dengan malas.
“apalagi sih?” tanya Ify kesal. Rio mengambil nafas dan menghembuskan nya. Ify terlihat kesal sembari melipat tangan nya di depan dada. Masih menunggu Rio untuk kembali berbicara.
“apa lo gak bisa ngasih kesempatan buat gue buat sekali aja?”ujar Rio,berharap. Ify memutar bola mata nya.
“pertanyaan lo selalu sama. Jangan bahas ini lagi Yo! Gue capek !”Ify pun berlari menuju ke mobil nya meninggalkan Rio yang terus saja menatapnya. Hingga akhirnya Ify hilang dari pandangan nya, Rio pun menghela nafasnya berat. Meninggalkan tanda tanya pada siswa lain yang melihat hal ini.
***
Kalau aku hanya bisa menjadi temanmu
Kalau hanya itu tempat untukku dihatimu
Kan kuterima itu dengan bangga
Kubuktikan diriku yang terbaik untuk menjalaninya
Kalau hanya itu tempat untukku dihatimu
Kan kuterima itu dengan bangga
Kubuktikan diriku yang terbaik untuk menjalaninya
***
BRAK
Ify menutup pintu mobil dengan cukup keras. Membuat Febby,kakaknya menatap dia dengan heran. Mobil pun melaju dengan teratur. Sesekali Febby melirik adik nya yang sedari tadi betah mengatupkan bibirnya.
“lo kenapa sih Fy?”tanya Febby heran.
“gue gak apa-apa.”jawab Ify tanpa mengalihkan pandangan nya dari deretan pohon yang ada di pinggir jalan. Febby tak yakin dengan jawaban Ify. Dia pun menepikan mobil nya.
“kenapa berhenti?”ujar Ify heran. Febby menatapnya penuh tanya,membuat Ify sedikit jengah.
“gue gak yakin lo baik-baik aja.”ujar Febby. Ify menggigit bibir bawahnya,dia menutup matanya.
“Rio?”tanya Febby –lagi-. Sepertinya Febby mengerti apa yang membuat Ify menjadi seperti ini. Ify menengadahkan kepalanya. Mencoba menahan buliran bening yang sedari tadi mengumpul di pelupuk matanya agar tak jatuh.
“tetap dengan pertanyaan yang sama.”suara Ify terdengar sedikit bergetar saat mengucapkan itu. febby kian mengerti.
“kita terusin di rumah aja ya kak? Gue beneran capek.”pinta Ify. Tanpa menjawab permintaan Ify,Febby pun kembali melajukan mobilnya menuju ke rumah agar adik nya ini bisa segera istirahat.
***
Rio menjatuhkan dirinya kekasur. Dia menatap ke sekeliling kamarnya yang bernuansa hijau lembut. Angan nya beterbangan pada apa yang sedang dipikirkan nya sekarang. Tapi semangat itu masih ada, harapan itu masih ada. Tentu di lengkapi dengan beribu bahkan berjuta pertanyaan yang selalu saja hinggap setiap hari melalui otaknya. Percakapan nya dengan Ify hari ini masih lekat ,menempel dalam memorinya. Bahkan wajah kesal gadis itu masih saja terbayangkan. Membuat Rio sedikit menarik bibirnya ke atas,menyunggingkan sebuah senyuman. Entah untuk siapa. Tapi seketika senyuman nya kembali memudar mengingat apa saja jawaban yang Ify lontarkan terhadap pertanyaan nya. Masih sama. Selalu,dan selalu seperti itu.
“gue harus ngapain lagi biar lo luluh,Fy?”tanya Rio. Percuma saja,tidak ada yang akan menjawab pertanyaan nya. Dia lalu bangun,lalu berdiri mengambil sebuah pigura kecil yang berisikan foto gadis yang ia kagumi dan –mungkin- ia sayangi. Dia memandang foto itu dengan lembut. Tanpa senyuman,namun menyiratkan sebuah makna yang dalam.
“yeah. Gue Cuma bisa berusaha,dan nunggu. Kapan saat itu datang.”gumam Rio yang masih ‘betah’ memandang wajah Ify –tepatnya foto Ify- yang dia simpan semenjak dia menyukai Ify. Dulu,sebelum Ify seperti sekarang. Yang selalu menghindar dan berusaha menjauh dari nya.
“Yo?”suara itu mengagetkan Rio,dengan spontan dia pun menyembunyikan foto Ify. Kepala Gabriel –kakak dari Rio- menyembul dari balik pintu kamar.
“ada apa?”ujar Rio. tanpa menjawab,Gabriel masuk dengan santai ke kamar Rio.
“kayak nya lo lagi galau deh.”ujar Gabriel sambil mengusap-ngusap dagu nya dengan telunjuk. Rio menaikkan sebelah alisnya.
“so tau!” cibir Rio. Gabriel terkikik.
“masa? Terus kenapa dari tadi lo ngelamun? Mandangin foto pujaan hati lo? Bicara sendiri seakan-akan orang itu denger apa yang lo bicarain ?”tanya Gabriel santai. Rio melotot.
“lo sejak kapan ada di depan kamar gue?!”teriak Rio syok -_-. Gabriel menutup telinganya.
“santai dikit bisa kali ya? Lama-lama gue tuli kalo ngomong sama lo!”geram Gabriel. Rio nyengir,kemudian tersadar lagi.
“eh,sejak kapan lo ada di depan kamar gue?”tanya Rio lebih pelan. tapi matanya mendelik hebat membuat Gabriel menggidikan bahunya. Serem.
“sejak lo masuk kamar.”jawab Gabriel,lalu memamerkan cengiran khasnya. Detik itu juga Rio menjitak Gabriel -_-
“berarti lo liat semua yang gue lakuin dong?!”tanya Rio sebal. Gabriel mengangguk dengan polos dan tampan *abaikan*. Gabriel merangkul Rio.
“woi my brader! Gue tuh sodara lo,inget ye! Kenapa lo gak pernah mau sih cerita sama gue? Mungkin aja gue bisa ngasih nasehat atau saran buat lo. Jangan di pendem sendiri aja,ntar bisulan.”ujar Gabriel. Rio mendengus keras.
“gue gak mau bisulan.”gumam Rio.
“makanya lo cerita sama gue ya?”Gabriel menaik turunkan alisnya. Rio sesaat menoleh ke arahnya. Dengan awalan hembusan nafas, dia pun mulai menceritakan semuanya pada Gabriel. Dengan sabar Gabriel pun mendengarkan nya. mendengarkan keluh kesah Rio. rasa lelah Rio, dan saat Rio bilang kalau dia bingung harus melakukan apa lagi. Sekali-kali Gabriel mengangguk-nganggukan kepala nya tanda bahwa dia mengerti. Hingga sesekali juga,Gabriel mendengarkan Rio sambil memakan cemilan yang ia bawa dari dapur sebelum pergi ke kamar Rio. lama-kelamaan,tanpa Rio sadari kini Gabriel sudah tergeletak di kasurnya sambil membaca komik.
“…gitu yel.” Ujar Rio setelah selesai bercerita. Dia menoleh ke samping, seketika melongo, Gabriel menghilang. Karena sedari tadi dia duduk di pinggiran kasur, dia pun menoleh ke belakang. Dan benar saja,Gabriel sedang asik sendiri dengan komik yang ada di tangan nya. Rio mendengus sebal,kali ini lebih keras.
“lo dengerin gue ngomong gak sih?”gerutu Rio. Gabriel lalu duduk dan meletakkan komik itu di samping nya. “katanya mau ngasih saran!”gerutu Rio –lagi-. Gabriel malah mengangguk-ngaggukan kepala nya. Rio membuang muka.
“gue dengerin kok. Dari awal sampe akhir. Gue berasa dibacain dongeng,Yo.”ujar Gabriel akhirnya. Rio mengernyit heran.
“lo sayang sama dia?”tanya Gabriel. Rio mengangguk.
“lo tau perasaan dia ke elo gimana?”tanya Gabriel lagi. Rio hanya mengangkat bahunya. Lalu menggeleng.
“lo tau alas an dia nolak elo?”ketiga kali nya gabriel bertanya. Dan Rio hanya menggeleng.
“gue selalu nanya alas an dia nolak gue,tapi ..ya gitu deh. Lo mungkin bisa nebak sendiri.”jelas Rio malas.
“coba deh lo tembak dia lagi.”saran Gabriel. Rio melengos.
“gue udah terlalu sering nembak dia,Yel..”keluh Rio. Kini gurat kecewa itu kembali muncul pada diri Rio. Gabriel bisa melihat rasa lelah adiknya ini. Kilatan mata yang menyimpan sejuta penantian untuk seorang gadis. Ya,gadis istimewa yang membuat dia pantang menyerah untuk bisa memiliki nya.
“emang lo nembak dia kayak gimana?”
“gue nembak dia pas pulang sekolah. Ya tapi,dia selalu ngehindar dari gue.”jawab Rio.
“ahelah Yo..bukan gitu cara nya kali !”Gabriel mengacak rambutnya prustasi. “coba lo nembak dengan cara istimewa,bikin surprise gitu misalnya. Jangan maen nyosor aja.”saran Gabriel. Rio terlihat berpikir.
“eh Yo, bisa aja si Ify itu suka sama lo. Cuma dia malu ngakuin.”lanjut Gabriel. Membuat harapan Rio semakin tinggi. Dia tersenyum pada Gabriel,lalu merangkulnya hangat.
“thanks brader. Nanti gue pikirin caranya.”ujar Rio.
***
“eh Fy! Tuh ada yang nyariin.”seru Sivia,teman sebangku Ify dari ambang pintu kelas. Ify mendongakkan kepalanya yang sedari tadi ia tenggelamkan dalam lipatan tangannya. Ify melengos. ‘pasti Rio’ pikir Ify. Dia lalu berjalan menghampiri Sivia yang masih saja berdiri di ambang pintu.
“heii Fy..”sapa orang itu. dan benar saja dugaan Ify,orang yang mencarinya itu Rio. Ify memutar bola matanya.
“mau ngapain?”tanya Ify judes. Sivia menatap Rio dan Ify bergantian. Merasa ada yang aneh,Ify pun memalingkan wajahnya menatap Sivia.
“dihh Via. Sana sana. Ini privacy.”usir Ify sambil mengibas-ngibaskan tangan nya. sivia nyengir,lalu pergi ke kantin dengan langkah santai.
“cieeee,Ify pacaran sama Rio!”seru Sivia cukup keras. Tentu saja Ify tidak bisa membalasnya karena Sivia sudah berlari menjauh darinya. Tatapan Ify beralih lagi pada Rio yang sedari tadi hanya diam.
“jadi,lo mau ngapain lagi?”tanya Ify untuk kedua kalinya. Rio menatap Ify lembut,untuk kesekian kalinya berhasil mengunci kedua bola mata bening Ify. Ify merasakan hatinya berdesir hebat. Tatapan mata itu seakan memiliki magnet yang menarik dirinya agar balas menatapnya.
“Fy.”Ify terkesiap,lalu memalingkan wajahnya. “gue Cuma mau ngajak lo ngobrol.”ujar Rio. berharap kali ini Ify tidak menolak. Ify menghembuskan nafasnya. Lalu mengangguk pelan.
“mau ngobrol dimana?”tanya Ify yang sukses membuat Rio membelalakkan matanya.
“lo serius mau ngobrol sama gue?”tanya Rio seakan tak percaya. Ify mengangguk disertai sebuah senyuman. Senyuman termanis yang pertama kali ia berikan untuk Rio. Tanpa bicara lagi,Rio segera menarik Ify ke tempat dimana mereka bisa berbincang dengan tenang.
***
akulah yang membisikkan dawai dawai cinta
laksana denting harpa dari surga
mengalun bersama simponi
merasuk ke dalam hati
kepada jiwa jiwa yg sepi
laksana denting harpa dari surga
mengalun bersama simponi
merasuk ke dalam hati
kepada jiwa jiwa yg sepi
***
Dan disini lah mereka. Di sebuah danau belakang sekolah yang nyaman untuk dijadikan tempat menenangkan pikiran. Danau yang masih asri ini ditumbuhi oleh pohon-pohon besar di sekitarnya. Membuat siapa saja yang datang kesini bisa merasakan kesejukan saat menghirup udara bebas. Rio dan Ify. Dua insan ini juga tengah merasakan semilir angin sejuk di bawah pohon besar dekat danau. Kedua nya sama-sama bersandar pada pohon itu. Berdampingan. Berdua.
“lo gak apa-apa bolos pelajaran terakhir,Fy?”ujar Rio. Ify menggeleng.
“gak apa-apa. Asal jangan keseringan aja.”balas Ify. Rio terkikik pelan. Ify menoleh. “kenapa?”tanya nya.
“ngga, lucu aja gue ngajak elo bolos.”ucap Rio. Ify tersenyum kecil.
“kok lo mau ngobrol sama gue Fy? Biasanya lo selalu ngehindar dari gue.”tanya Rio heran. Ify menggidikkan bahunya.
“gak tau.”jawab Ify seadanya. Matanya lurus kedepan,tak memperdulikan Rio yang sedari tadi asik memandangi wajah cantik nya dari samping.
“Rio, boleh gue nanya sesuatu?”ujar Ify tanpa mengalihkan pandangan nya. Rio mengangguk pelan.
“kenapa lo suka sama gue?”pertanyaan Ify berhasil membuat Rio terdiam. Dia menghembuskan nafasnya,membuat sebagian rambut yang ada di dahinya berubah tempat (?).
“gue gak tau.”jawab Rio. ify menoleh,menautkan alisnya. “karena gue cinta sama lo tanpa alasan.”lanjut Rio. Ify menunduk.
“cinta gue ke elo itu sederhana. seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Fy, gue ngejar lo bukan semata-mata buat dapetin apa yang gue mau. Banyak yang pengen gue tanya sama lo..dan sampai sekarang yang masih bersarang di pikiran gue. Apa alesan lo nolak gue..”jelas Rio dengan intonasi tenang namun berhasil menohok hati Ify. Gadis ini memejamkan matanya erat. Aneh juga,kenapa pemuda di samping nya ini sama sekali tidak menyadari alasan ‘utama’ kenapa Ify selalu menolak nya. Seharusnya dia tau tanpa Ify jelaskan.
“apa lo beneran gak sadar,Yo?”lirih Ify pelan. seperti sebuah bisikan. Rio menatapnya penuh tanda tanya.
“maksud lo?”
“lo gak pantes buat gue. Dan gue gak pantes buat lo.”kini suara itu terdengar kian bergetar. Air mata Ify sudah mengumpul di pelupuk matanya. Dia masih betah menunduk sambil memainkan jari-jari nya.
“kenapa? Apa gue salah cinta sama lo?”
“salah! Salah besar Yo !”teriak Ify yang sekarang menatap Rio dengan mata memerah. “tanpa lo sadari,lo udah ngebuat kesalahan besar! Lo udah cinta sama gue dan lo ngebuat gue bisa ngebales perasaan lo itu!”lanjut Ify. buliran bening itu kini meleleh. Membuat aliran kecil di pipi gadis cantik ini.
“tapi kenapa? Apa alesan nya Fy? Kenapa gue gak boleh punya perasaan istimewa sama lo?”balas Rio.
“sekarang lo udah tau. Gue udah bales perasaan lo. Mulai detik ini,lupain gue. Anggap gak pernah terjadi apa-apa.”ujar Ify di tengah isakannya. Rio menghapus air mata Ify dengan kedua ibu jarinya,lalu memegang bahu Ify.
“Fy, apa guna nya lo jujur kalo akhirnya kayak gini? Lo gak bisa segampang itu nyuruh gue buat lupain lo. Gue gak bisa Fy, gak bisa. Lo terlanjur masuk ke dalam kehidupan gue.”detik kemudian,Rio menarik Ify ke dalam dekapan nya. Membiarkan gadis ini menangis sepuasnya. Dia membiarkan kemeja putihnya sedikit basah karena air mata Ify. Rio semakin erat mendekap Ify,walaupun Ify tak membalasnya. Seakan-akan Rio ingin membuat Ify percaya,kalau dia memang tidak bisa melupakan Ify begitu saja. Sepertinya nama Ify sudah mendarah daging di dalam diri Rio. sehingga dia tidak bisa melepaskan Ify begitu saja.
“kita..berbeda Yo.”lirih Ify pelan. Rio melepaskan dekapannya.
“kita beda..kita gak bisa sama-sama.”ulang Ify. “iman kita…”lanjut Ify pelan. Dia memejamkan matanya. Membiarkan Rio yang kini tengah diam,merasakan ada petir seketika menyambarnya. Hati nya tertohok hebat. Perkataan Ify yang terakhir,sukses membuat Rio sadar. Kini beribu pertanyaan itu telah terjawab. Dan jawaban itu hanya tertera dalam satu kata. Iman. Ya,iman mereka berbeda. Itu yang membuat Ify menolak Rio berulang kali. Itu yang membuat Ify selalu membohongi hatinya. Dan itu yang membuat Ify tidak ingin jatuh semakin dalam pada rasa yang seharusnya tidak pernah hadir untuk Rio. Cukup sebagai sahabat. Tapi Rio tetap menginginkan lebih dari itu.
Rio mengepalkan tangan nya. merasa ingin memukuli dan menertawakan dirinya sendiri. Kenapa ia tidak menyadari hal ini dari awal? Kenapa dia tetap bersikeras untuk memiliki Ify? jelas mereka berbeda. mereka tak akan pernah bisa untuk menyatu. Dia menatap Ify yang masih berusaha meredakan tangisan nya.
“gue cukup tau lo ciinta sama gue,dan lo juga cukup tau gue ngebales perasaan itu. Cukup. Cukup sampai disini dan semua perasaan itu akan berakhir. Kita Cuma pantes sahabatan,gak lebih. Dimana gue bisa denger semua keluh kesah lo,dan sebaliknya. Dimana kita bisa tertawa tanpa hambatan. Dimana kita bisa saling berbagi dan mengisi. Hanya sebagai sahabat Yo. Sahabat. Dan akan selamanya seperti itu.”jelas Ify. Kedua matanya tepat berhadapan dengan kedua mata Rio yang kini menatapnya. Kosong. Namun tak berdebu. Ify memegang erat tangan kanan Rio yang terasa dingin sejak Ify mengucapkan kata-kata nya tadi.
“gue..”ucap Rio tertahan. Untuk kedua kalinya,Rio kembali menarik Ify dalam dekapan nya. Dan kali ini Ify membalasnya. Berusaha menenangkan dirinya sendiri. Berusaha mengingatkan dirinya agar tidak lari dari kenyataan bahwa dia dan Ify,memang berbeda…
“ya..kita..Cuma bisa jadi sahabat.”lirih Rio. walaupun berhasil membuat goresan luka atas ucapan nya sendiri dan yang membuat hati nya seperti terhunus benda tajam. kini kepingan perasaan itu harus berusaha ia buang. Karena akan percuma bila ia terus menyusun nya. Tidak akan ada yang peduli. Kini perasaan nya bagai daun-daun yang berguguran, terbuang sia-sia.
Ify melepaskan dekapan Rio. Lalu menatap Rio dengan lembut.
“perbedaan bisa membuat kita lebih erat,tapi terkadang perbedaan juga yang mengharuskan kita untuk saling menjauh. Berlari sari perasaan tak pasti,dan hanya meninggalkan sejuta angan yang tidak mungkin dapat digapai. Sampai kapan pun..”jelas Ify.
“tunjukin senyuman lo. Senyuman seorang sahabat yang akan menenangkan sahabatnya.”pinta Ify. tanpa ingin diminta dua kali,Rio segera menarik bibirnya ke samping. Membentuk sebuah senyuman hangat.Walau perasaan itu masih berkecamuk dalam hatinya. Ify balas tersenyum. Khusus untuk Rio. yang kini menyandang predikat sebagai sahabatnya. Ya,sahabat.
***
Semilir rasa membelai jiwa
Tercium aroma yang jauh disana
Tercium aroma yang jauh disana
Perbedaan tak menyulutkan warna-warni canda mu
Sejak kehadiranmu hingga kini
Ruang hatiku beraroma wangi
Buaian bunga-bunga rindu menari
Yang kau tinggalkan dihati
Ruang hatiku beraroma wangi
Buaian bunga-bunga rindu menari
Yang kau tinggalkan dihati
***
@ahmi_242424
0 komentar:
Posting Komentar